BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok
infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella,
CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1 – HSV2) dan kemungkinan oleh
virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella,
Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena
menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai
anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang
terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya,
yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH juga dapat menyerang
semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem saraf pusat dan perifeir yang
mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler
serta metabolisma tubuh.
Infeksi Torch
pada kehamilan berbahaya bagi janin. TORCH adalah istilah untuk menggambarkan
gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi ini, sama-sama
berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
Kini, diagnosis
untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara
imunologis.
Prinsip dari
pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik
terhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya
benda asing (kuman). Antibodi yang terbentuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM)
dan Imunoglobulin G (IgG).
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian TORCH
2.
Untuk mengetahui penyebab TORCH
3.
Untuk mengetahui etiologi TORCH
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala
TORCH
5. Untuk mengetahui patofisiologi TORCH
6. Untuk mengetahui cara penularan
TORCH
7.
Untuk mengetahui cara menghindari TORCH
8.
Untuk mengetahui cara pencegahan TORCH
9. Untuk mengetahui pengobatan TORCH
10. Untuk mengetahui diagnosa TORCH
11. Untuk mengetahui pemeriksaan TORCH
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian TORCH
TORCH adalah sebuah istilah untuk
menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yang menyebabkan
kelainan bawaan, yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat
jenis penyakit infeksi ini sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita
oleh ibu hamil.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah
deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab
infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman.
Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G
(IgG).
Penyakit TORCH ini dikenal karena
menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai
anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang
terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu
cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
a.
Toxoplasma
Toxoplasmosis penyakit zoonosis
yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini
disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii. Toxoplasma
gondii yaitu suatu parasit intraselluler yang menginfeksi pada manusia dan
hewan. Tboxoplasma gondii termasuk spesies dari kelas sporozoa (Cocidia),
pertama kali ditemukan pada binatang pengerat Ctenodactylus gundi di Afrika
Utara (Tunisia) oleh Nicolle dan Manceaux tahun 1908. Tahun 1928 Toxoplasma
gondii ditemukan pada manusia pertama kali oleh Castellani
b.
Rubella
Penyakit ini disebabkan oleh virus
Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini
terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita
hamil penularan ke janin secara intrauterin. Masa inkubasinya rata-rata 16-18
hari. Periode prodromal dapattanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan
terasa lemah,demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini
agak berbeda dari toksoplasmosis karena rubela hanya mengancam janin.
Penyakit yang juga disebabkan oleh
virus yang menimbulkan demam ringan dengan ruam yang menyebar dan kadang-kadang
mirip dengan campak. Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat
menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital terjadi pada 90%
bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester
pertama kehamilan, resiko kecacatan ini menurun hinggga kira-kira 10-20% pada
minggu ke 16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia
kehamilan 20 minggu.
c.
Cyto Megalo
Virus (CMV)
Penyakit ini disebabkan oleh Human
cytomegalovirus, subfamili betaherpesvirus, famili herpesviridae. Penularannya
lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh yangterinfeksi (urine,
ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan lainlain). Masa inkubasi penyakit ini
antara 3-8 minggu. Pada kehamilan infeksi pada janin terjadi secara
intrauterin. Pada bayi, infeksi yang didapat saat kelahiran akan menampakkan
gejalanya pada minggu ke tiga hingga ke dua belas; jika didapat pada masa
perinatal akan mengakibatkan gejala yang berat.
Infeksi virus ini dapat ditemukan
secara luas di masyarakat; sebagian besar wanita telah terinfeksi virus ini
selama masa anak-anak dan tidak mengakibatkan gejala yang berarti. Tetapi bila
seorang wanita baru terinfeksi pada masa kehamilan maka infeksi primer ini akan
menyebabkan manifestasi gejala klinik infeksi janin bawaan sebagai berikut:
hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis dan
optic atrophy, mikrosefali, letargia, kejang, hepatitis dan jaundice,
infiltrasi pulmonal dengan berbagai tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial.
Jika bayi dapat bertahan hidup akan disertai retardasi psikomotor maupun
kehilangan pendengaran..
d.
Herpes
Simplek
Penyakit ini disebabkan infeksi
Herpes simplex virus (HSV); ada 2 tipe HSV yaitu tipe 1 dan 2. Tipe 1 biasanya
mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena adanya kontak dengan
lesi genital yang infektif; sedangkan HSV tipe 2 merupakan herpes genitalis
yang menular lewat hubungan seksual. HSV tipe 1 dan 2 dapat dibedakan secara
imunologi. Masa inkubasi antara 2 hingga 12 hari.
Infeksi herpes superfisial biasanya
mudah dikenali misalnya pada kulit dan membran mukosa juga pada mata.
Penyakit infeksi virus yang ditandai
dengan lesi primer terlokalisir, laten dan adanya kecenderungan untuk kambuh
kembali. Ada 2 jenis virus yaitu virus herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan 2 pada
umumnya menimbulkan gejala klinis yang berbeda, tergantung pada jalan masuknya.
Dapat menyerang alat-alat genital atau mukosa mulut.
B.
Penyebab TORCH
Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH
(Toxoplasma, Rubella, CMV, dan Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita,
seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati, kambing, sapi, anjing, babi dan
lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai penyebab terjangkitnya penyakit
yang berasal dari virus ini adalah hewan, namun juga bisa disebabkan oleh
karena perantara (tidak langsung) seperti memakan sayuran, daging setengah
matang dan lainnya.
a.
Toxoplasma
Gondii
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh
parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Pada umumnya infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
b.
Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan
demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini
disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
c.
Cyto Megalo
Virus (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus
Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti
halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam
tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin
bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang
hamil.
d.
Herpes
Simplek
Infeksi herpes pada alat genital
(kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini
dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan
berdiam diganglion sistem syaraf otonom.
C.
Etiologi TORCH
a.
Toxoplasma
Gondii
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila
terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan
obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
b.
Rubella
Infeksi Rubella berbahaya bila
tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.
Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya
kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya
menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
c.
Cyto Megalo
Virus (CMV)
Jika ibu hamil terinfeksi. maka
janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan
misalnya pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, ketulian, retardasi mental,
dan lain-lain.
d.
Herpes
Simplek
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu
hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala
klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya
tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga
menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan
laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar
dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.
D.
Tanda Dan Gejala
a.
Toxoplasma
Gejala yang diderita biasanya dengan
mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam disertai
hepatomegali, dan umumnya tidak menimbulkan masalah,
b.
Herpes
Simpleks
Penderita biasanya mengalami demam,
salivasi, mudah terangsang dan menolak untuk makan,. Dengan dilakukan
pemeriksaan menunjukan adanya ulkus dangkal multiple yang nyeri pada mukusa
lidah, gusi, dan bukal denganvesikel pada bibir dan sekitarnya.
c.
Cyto Megalo
Virus (CMV)
-
Demam,
-
Penurunan
jumlah sel darah putih (leukopenia)
-
Letih
-
Lesu
-
Kulit
berwarna kuning,
-
Pembesaran
hati dan limpa,
-
Kerusakan
atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak, gangguan mental, dan
lain-lain tergantung organ janin mana yang diserang
-
Umumnya
janin yang terinfeksi cmv lahir prematur dan berat badan lahir rendah
d.
Rubella
Tanda dan gejala yang muncul
biasanya bertahan dalam dua hingga tiga hari dan mungkin melibatkan:
-
Demam ringan
38,9 derajat Celcius atau lebih rendah,
-
Sakit kepala
-
Hidung
tersumbat atau pilek
-
Peradangan,
mata merah
-
Pembesaran,
pelunakan kelenjar getah bening di dasar tengkorak, leher bagian belakang dan
di belakang telinga
-
Muncul ruam
warna merah muda/pink di wajah dan dengan cepat menyebar ke pundak, lengan, kaki
sebelum menghilang di sekuens yang sama.
-
Nyeri pada
persendian, khususnya pada perempuan muda.
E.
Patofisiologi TORCH
a.
Toxoplasma
Toxoplasma gondii adalah parasit
protozoa yang merupakan salah satu penyebab kelainan kongenital yang cukup
dominan dibandingkan penyebab lainnya yang tergolong dalam TORCH. Hospes
primernya adalah kucing. Kucing ini telah mempunyai imunitas, tetapi pada saat
reinfeksi mereka dapat menyebarkan kembali sejumlah kecil ookista. Ookista ini
dapat menginfeksi manusia dengan cara memakan daging, buah-buahan, atau sayuran
yang terkontaminasi atau karena kontak dengan faeces kucing. Dalam sel–sel
jaringan tubuh manusia, akan terjadi proliferasi trophozoit sehingga sel–sel
tersebut akan membesar. Trophozoit akan berkembang dan terbentuk satu kista
dalam sel, yang di dalamnya terdapat merozoit. Kista biasanya didapatkan di
jaringan otak, retina, hati, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kelainan pada
organ-organ tersebut, seperti microcephali, cerebral kalsifikasi, chorioretinitis,
dll. Kista toksoplasma ditemukan dalam daging babi atau daging kambing.
Sementara itu, sangat jarang pada daging sapi atau daging ayam. Kista
toksoplasma yang berada dalam daging dapat dihancurkan dengan pembekuan atau
dimasak sampai dagingnya berubah warna. Buah atau sayuran yang tidak dicuci
juga dapat menstranmisikan parasit yang dapat dihancurkan dengan pembekuan atau
pendidihan. Infeksi T.gondii biasanya tanpa gejala dan berlalu begitu saja.
Setelah masa inkubasi selama lebih kurang 9 hari, muncul gejala flu seperti
lelah, sakit kepala, dan demam yang dapat muncul hampir bersamaan dengan
limpadenopati, terutama di daerah serviks posterior.
b.
Rubella
Kematian pada post natal rubella
biasanya disebabkan oleh enchepalitis. Pada infeksi awal, virus akan masuk
melalui traktus respiratorius yang kemudian akan menyebar ke kelenjar limfe
sekitar dan mengalami multiplikasi serta mengawali terjadinya viremia dalam
waktu 7 hari. Janin dapat terinfeksi selama terjadinya viremia maternal. Saat
ini, telah diketahui bahwa infeksi plasenta terjadi pada 80% kasus dan risiko
kerusakan jantung, mata, atau telinga janin sangat tinggi pada trisemester
pertama. Jika infeksi maternal terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu, 60%
bayi akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan menurun menjadi 17% pada minggu
ke-14 dan selanjutnya menjadi 6% setelah usia kehamilan 20 minggu. Akan tetapi,
plasenta biasanya terinfeksi dan virus dapat menjadi laten pada bayi yang
terinfeksi kongenital selama bertahun-tahun.
c.
Cytomegalovirus
(CMV)
Penyakit yang disebabkan oleh
Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital saat bayi atau infeksi pada
usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan infeksi primer pada
dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi
virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya disebabkan
oleh reaktivasi CMV selama kehamilan. Di negara berkembang, jarang terjadi
infeksi primer selama kehamilan, karena sebagian besar orang telah terinfeksi
dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi primer terjadi pada ibu, maka bayi
akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan pembesaran hepar dan
lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi mental. Bayi juga
dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang banyak
dalam serviks. Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan virus
dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva, semen, dan serviks. Virus
juga didapatkan pada leukosit dan dapat menular melalui tranfusi.
d.
Herpes
Simpleks (HSV)
HSV merupakan virus DNA yang dapat
diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2. HSV 1 biasanya menyebabkan lesi di
wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2 dapat menyebabkan lesi genital. Virus
ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau kontak fisik lainnya.
Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV akan mengadakan replikasi
pada sel epitel, dengan waktu inkubasi 4 sampai 6 hari. Replikasi akan
berlangsung terus sehingga sel akan menjadi lisis serta terjadi inflamasi
lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia di mana virus akan menyebar ke saraf
sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan replikasi yang diikuti
penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain2,4,9,10.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan. Akan tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000 sampai 1 dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung dengan HSV pada saat melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35--40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi herpes genital primer pada akhir kehamilannya.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan. Akan tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000 sampai 1 dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung dengan HSV pada saat melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35--40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi herpes genital primer pada akhir kehamilannya.
F.
Cara Penularan TORCH
Penularan TORCH pada manusia dapat
melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif (didapat) dan yang kedua, secara
pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain sebagai berikut :
a.
Makan daging
setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung sista),
misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya.
Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu
melalui masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya
diamsak tidak semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya.
b.
Makan
makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita TORCH.
Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan) dan
dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko
infeksi TORCH melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa
bertahan di tanah sampai beberapa bulan ( Howard, 1987).
c.
Transfusi
darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista),
kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau
tanpa sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).
d.
Hubungan
seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH. Misalnya
seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan
seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit)
maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH
sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan jenisnya.
e.
Ibu hamil
yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka ada
kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui
plasenta.
f.
Air Susu Ibu
(ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa
terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu
penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang
bayi yang sedang disusuinya.
g.
Keringat
yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa menjadi
penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang yang
kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si
penderita penyakit TORCH.
h.
Faktor lain
yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain adalah
kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang
bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan
minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi
oosista lebih besar.
i.
Air liur
juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya juga
hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.
Berdasarkan
kenyataan di atas, penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena itu dalam
satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena penyakit
tersebut maka yang lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus
dalam satu keluarga seluruh anggota keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak
- adik, bapak - ibu, anak - anak semuanya terkena penyakit TORCH.
G.
Cara Menghindari TORCH
Untuk
menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat membahayakan ini, ada
beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa dilakukan antara lain sebagai
berikut :
a.
Bila
mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan
lainnya terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat
Celcius, agar oosista - oosista yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut
bisa mati.
b.
Kucing
peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi yang
masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu
dicuci / dibersihkan.
c.
Hindari
kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing,
musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan
bengkarung yang kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.
d.
Penanganan
kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang disposable (dibuang
setelah dipakai).
e.
Bagi wanita
yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah negatif,
jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.
f.
Bila sedang
memegang daging, bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ yang masih
mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan peralatan
dapur setelah selesai sebaiknya dicuci dengan sabun.
g.
Bagi yang
senang berkebun atau bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung tangan,
mencuci sayuran atau buah sebelum dimakan.
h.
Darah
penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita
imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif
harus dari orang dengan seronegatif TORCH.
i.
Pemberantasan
terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlau dilakukan.
j.
Penggunaan
desinfektan komersial yang ada di toko - toko dapat berguna untuk membasmi
oosista.
k.
Memeriksakan
hewan peliharaan secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik hewan agar
supaya hewan keanyangan selalu dalam keadaan sehat.
H.
Cara Pencegahan TORCH
Mengingat
bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang merencanakan kehamilan
atau yang saat ini sedang hamil, dapat mempertimbangkan saran-saran berikut
agar bayi Anda dapat terlahir dengan baik dan sempurna.
a.
Makan
makanan bergizi
Saat hamil, sebaiknya Anda
mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk perkembangan janin, gizi
yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat, maka
tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan
menginfeksi tubuh.
b.
Lakukan
pemeriksaan sebelum kehamilan
Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh
sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh
terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda
sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda kehamilan
hingga benar-benar sembuh.
c.
Melakukan
vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah
masuknya parasit penyebab TORCH. Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum
kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian.
d.
Makan
makanan yang matang
Hindari memakan makanan tidak matang
atau setengah matang. Virus atau parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada
makanan dan tidak akan mati apabila makanan tidak dimasak sampai matang. Untuk
mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang dalam keseharian
Anda.
e.
Periksa
kandungan secara terartur
Selama masa kehamilan, pastikan juga
agar Anda memeriksakan kandungan secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah
agar dapat dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh Anda ternyata
terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi tidak
menjadi buruk.
f.
Jaga
kebersihan tubuh
Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur
higiene dasar, seperti mencuci tangan, sangatlah penting.
g.
Hindari kontak
dengan penderita penyakit
Seorang wanita hamil harus
menghindari kontak dengan siapa pun yang menderita infeksi virus, seperti
rubela, yang juga disebut campak Jerman.
Dengan mencari lebih banyak informasi tentang kehamilan serta merawat dirinya sebelum dan selama masa kehamilan maupun dengan memikirkan masak-masak jauh di muka tentang berbagai aspek melahirkan, seorang wanita akan melakukan sebisa-bisanya untuk memastikan kehamilan yang lebih aman. Maka, bagi seorang wanita hamil, cobalah untuk selalu waspada terhadap berbagai penyakit seperti TORCH agar bayi Anda terlahir sehat.
Dengan mencari lebih banyak informasi tentang kehamilan serta merawat dirinya sebelum dan selama masa kehamilan maupun dengan memikirkan masak-masak jauh di muka tentang berbagai aspek melahirkan, seorang wanita akan melakukan sebisa-bisanya untuk memastikan kehamilan yang lebih aman. Maka, bagi seorang wanita hamil, cobalah untuk selalu waspada terhadap berbagai penyakit seperti TORCH agar bayi Anda terlahir sehat.
I.
Pengobatan TORCH
Adanya infeksi-infeksi ini dapat
dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa untuk
tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM). Normalnya
keduanya negatif.
Jika IgG positif dan IgMnya
negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk
antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig
M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan
tidak dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke
janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya
pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga
positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya
tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu
pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika
dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi
sampai melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi,
pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama
dokter kandungan anda.
Pengobatan TORCH secara medis
diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine,
valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin,
alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang
sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara
pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat
kesembuhan mencapai 90 %.
Pengobatan TORCH secara medis pada
wanita hamil dengan obat spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin
misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada
janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual,
muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan
tersebut sesudah atau pada waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan.
J.
Diagnosa TORCH
Proses
diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu penyakit. Tetapi
diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar dilaksanakan, maka
dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah, untuk mengukur
titer-titer antibodi IgM atau IgG-nya.
Penderita
TORCH kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa jadi
sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah
mudah pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran
terganggu, radang tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu,
kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan keluhan lainnya.
Untuk kasus
kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisik
maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaan
lainnya.
Namun
begitu, gejala diatas tentu belum membuktikan adanya penyakit TORCH sebelum dibuktikan
dengan uji laboratorik.
K.
Pemeriksaan TORCH
1.
Cara
Pemeriksaannya
a.
Toxoplasma
Tes ini mempergunakan antigen
Toxoplasma yang diletakkan pada penyangga padat, mula-mula di inkubasi dengan
serum penderita kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar antibodi dalam
serum penderita sebanding dengan intertitas warna yang timbul setelah ikatan
antigen antibodi dicampur dengan substrat. Uji aviditas pada ELISA bermanfaat
untuk determinasi prediktif kapan seseorang atau individu tersebut diperkirakan
terinfeksi Aviditas ELISA juga dapat digunakan untuk menentukan status infeksi
serta kekuatan ikatan intrinsik antara antibodi dengan antigen. Apabila ikatan
intrinsiknya lemah maka daya proteksinya juga lemah meskipun titernya cukup
tinggi. Sebaliknya apabila ikatan intrinsik antigen-antibodinya cukup tinggi
maka daya proteksinya cukup baik meskipun titernya tidak terlalu tinggi.
-
Cara Kerja
a)
Lokasi
Pengambilan Sampel
-
Vena mediana
cubiti ( dewasa )
-
Vena jugularis
superficialis ( bayi )
b)
Cara kerja
pengambilan sampel :
1.
Bersihkan
daerah vena mediana cubiti dengan alcohol 70% dan biarkan menjadi kering
kembali
2.
Pasang
ikatan pembendung/torniquit diatas fossa cubiti.
3.
Mintakan
pasien yang akan diambil darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa
kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan vena tidak boleh terlalu kuat.
4.
Tegangkan
kulit diatas vena dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak.
5.
Tusuk kulit
diatas vena dengan jarum/nald dengan tangan kanan sampai menembus lumen vena.
6.
Lepaskan
pembendungan dan ambillah darah sesuai yang dibutuhkan.
7.
Taruh kapas
diatas jarum/nald dan cabut perlahan.
8.
Mintakan
agar pasien menekan bekas tusukan dengan kapas tadi.
9.
Alirkan
darah dari syringe kedalam tabung melaluji dinding tabung.
10. Berikan label berisi tanggal
pemeriksaan,nama pasien dan jenis specimen.
11. Sampel dapat di simpan pada suhu 2 -
8 ° C bertahan sampai 7 hari atau dibekukan sampai 6 bulan.
12. Hindari pembekuan berulang jika
untuk pemeriksaan.
c)
Cara kerja
Toxolisa IgG dan IgM
1.
Siapkan
pengenceran 1:40 test sampel, negatif control, positif control dan
calibrator dengan jalan menambahkan masing-masing 5 ul bahan dengan 100 ul
sampel diluents, goyang hingga homagen.
2.
Ambil 100 ul
masing-masing hasil pengenceran, masukkan ke dalam wells goyang agar tercampur
rata, inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC.
Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan cuci 1× dengan aquabidest Wash buffer (1×) = encerkan volume Wash Buffer (20×) dengan 19 volume aquabidest contoh : larutkan 50ml Wash Buffer (20×) kedalam aquabidest untuk membuat 1000ml Wash Buffer (1×).
Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan cuci 1× dengan aquabidest Wash buffer (1×) = encerkan volume Wash Buffer (20×) dengan 19 volume aquabidest contoh : larutkan 50ml Wash Buffer (20×) kedalam aquabidest untuk membuat 1000ml Wash Buffer (1×).
3.
Masukan 100
ul Enzyme Conjugate ke masing-masing well, inkubasi 30 menit pada suhu 37oC.
4.
Cuci 4×
dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan cuci dengan aquabidest.
5.
Masukan 100
ul TMB ke masing-masing well, goyang hingga merata.
6.
Inkubasi 15
menit pada suhu 37oC.
7.
Tambahkan
100 ul Stop Solution (1N HCl) ke masing-masing well.
8.
Goyang 30
detik agar merata.
9.
Baca pada
Elisa Reader dengan λ 450nm.
b.
Rubella
Dengan tes ELISA, HAI,Pasif HAatau
tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi
rubella telah terjadi.
Pemeriksaan Laboratorium yang
dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan
Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat
sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis
infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
c.
Cyto Megalo
Virus
Pemeriksaan laboratorium sangat
bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi
akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang
silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
d.
Herpes
Simpleks
Pemeriksaan laboratorium, yaitu
Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut
pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan
2. Dan cara untuk membaca hasilnya
adalah sebagai berikut :
a.
Periksalah
serum untuk mencari ada tidaknya IgG spesifik untuk parasit/virus TORCH. Bila
hasilnya Negatif, berarti Anda tidak pernah terinfeksi TORCH. Bila Positif,
berarti pernah terinfeksi. Note: [periksa Anti-Toxoplasma IgG, Anti-Rubella
IgG, Anti-CMV IgG, Anti-HSV2 IgG]. Tes IgG itu untuk meriksa apakah pada masa
lalu si pasien pernah kena infeksi.
b.
Bila IgG
Positif, maka untuk menentukan kapan infeksi tersebut, Anda harus melakukan
pemeriksaan serum untuk mencari ada tidaknya IgM parasit/virus TORCH. Tes IgM
ini fungsinya untuk memeriksa apakah saat ini si pasien terinfeksi TORCH.
c.
Bila IgG
Positif dan IgM Negatif : Anda telah terinfeksi lebih dari setahun yang lalu.
Saat ini anda mungkin telah mengembangkan kekebalan terhadap parasit itu. Anda
tidak perlu khawatir untuk hamil.
d.
Bila IgG
Positif dan IgM juga Positif: Anda tengah mengalami infeksi dalam 2 tahun
terakhir, [mungkin pula ada false pada hasil IgM]. Anda harus catat berapa
angka IgM tersebut.
e.
Selanjutnya
Anda harus melakukan lagi pemeriksaan IgM [kalau perlu sekalian IgG] setelah 2
minggu dari pemeriksaan pertama.
f. Bila IgM tetap Positif atau malah naik angkanya, berarti anda sedang terinfeksi TORCH. Sebaiknya anda sembuhkan dulu infeksi ini baru kemudian mulai hamil.
f. Bila IgM tetap Positif atau malah naik angkanya, berarti anda sedang terinfeksi TORCH. Sebaiknya anda sembuhkan dulu infeksi ini baru kemudian mulai hamil.
f.
Siapa &
kapan perlu melakukan pemeriksaan TORCH yaitu
-
Wanita yang
akan hamil atau merencanakan segera hamil
-
Wanita yang
baru/sedang hamil bila hasil sebelumnya negatif atau belum diperiksa, idealnya
dipantau setiap 3 bulan sekali
-
Bayi baru
lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma
gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes
Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus
Coxsackie-B).
Penyakit ini sangat berbahaya bagi
ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada
wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.
B.
Saran
Untuk selalu waspada terhadap
penyakit TORCH dengan cara mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini
kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan makanan
yang dimasak dengan matang.
LANDASAN
TEORI
A. Definisi
Toksoplasmosis adalah suatu protozoa yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Infeksi ini
ditularkan oleh organisme berkista dengan memakan daging mentah atau kurang
makan yang terinfeksi atau kontak dengan kotoran makan yang terinfeksi.
B. Patofisiologi
Parasit toksoplasma cenderung untuk masuk ke dalam sel organ ( intrasel )
tubuh manusia dan terdapat dalam tiga bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang
beredar dalam darah, bentuk ookista yang dikeluarkan dalam tinja kucing, dan
bentuk kista yang menetap dalam jaringan tubuh seperti paru, jantung, otot, dan
otak. Bentuk kista berupa sebuah kantung yang di dalamnya berisi beribu-ribu
trofozoit T gondii. Kucing adalah tempat hidup utama parasit toxoplasma,
parasit ini dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Adapun dalam
tubuh manusia, unggas dan hewan ternak lain sebagai hospes perantara, parasit
ini berkembang biak secara aseksual, yaitu kemampuan untuk berkembang biak
dengan cara membelah diri.
Di tanah yang tercemar, ookista (toxoplasma) dapat dibawa oleh lalat,
kecoak, semut atau cacing tanah ke berbagai tempat di kebun. Ookista dapat
menempel di sayuran, buah-buahan atau termakan oleh hewan ternak seperti ayam,
kambing, anjing, sapi, dan menembus epitel usus, berkembang biak dengan
membelah diri serta menetap dalam bentuk kista pada organ hewan tersebut.
Bentuk parasit T gondii seperti batang melengkung dengan ukuran lebih kecil
dari sel darah merah (3-6 mm) bergerak dengan gerakan aktinomisin di bawah
membran plasma, dapat menembus sel secara aktif masuk ke berbagai jaringan
seperti otot, otak, mata, dan usus. Kucing yang menderita toksoplasmosis akan
mengeluarkan beribu-ribu ookista yang tetap infektif selama berbulan-bulan di
tanah yang tidak terkena sinar matahari.
Ookista yang tertelan akan membentuk trofozoit dan ikut aliran darah serta
memasuki sel berinti organ tubuh atau membentuk kista. Manusia dapat terinfeksi
bila menelan ookista atau makan daging ternak seperti ayam, kambing atau sapi
yang mengandung kista dan tidak dimasak matang.
C. Manifestasi
Kinik
1.
Infeksi pada
ibu hamil
a.
Sebagian
besar asimtosik.
b.
Limpadenopati
disertai malaise, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, nyeri otot, dan kelelahan
tanpa disertai demam.
2.
Infeksi pada
bayi
Diagnosis infeksi Toxo congenital biasanya baru dipikirkan
bila pada bayi baru lahir tampak hidrosefalus,retardasi mental,
choriorentitis,hepatitis, pneumonia, myiositis, dan limpadenopati.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan
gejala dari Toksoplasmosis dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
1.
Toksoplasmosis Limfatik Ringan.
-
Bisa
menyerupai mononukleosis infeksiosa.
-
Gejalanya
berupa pembsaran kelenjar getah bening leher dan ketiak, merasa tidak enak
badan, nyeri otot dan demem ringan yang naik-turun, yang biasa berlangsung
selama beberapa minggu atau beberapa bulan tetapi pada akhirnya menghilang.
-
Terdapat anemia
ringan, tekanan darah rendah, peningkatan jumlah limfosit dan hasil pemeriksaan
fungsi hati yang agak abnormal.
-
Tetapi
biasanya penderita hanya menunjukkan gejala pembesaran kelenjar getah bening
leher.
2.
Toksoplasmosis Kronis.
-
Terjadi
peradangan di dalam mata.
-
Gejala
lainnya seringkali tidak jelas.
3.
Toksoplasmosis Diseminata Akut.
-
Bisa
menyebabkan ruam kulit, demam tinggi, menggigil dan kelelahan yang luar biasa.
-
Jenis
toksoplasmosis in terutama terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan.
-
Pada
beberapa penderita terjadi peradangan otak dan selaputnya (meningoensefalitis),
peradangan hati (hepatitis), peradangan paru-paru (pneumonitis)
atau peradangan jantung (miokarditis).
E. Efek Samping
dari Toksoplasmosis pada Kehamilan
1.
Kegagalan
kehamilan
2.
Abortus
3.
Lahir
premature
4.
IUGR
5.
Lahir mati
6.
Lahir dengan
cacat bawaan seperti:
·
Kebutaan
(retinokoroiditis)
·
Hidrosefalus
·
Meningoencephalitis
(radang otak)
·
Tuli
·
Pengapuran
otak
·
Retardasi
mental
·
Kejang-kejang,
dan
·
Gangguan
neurologis lainnya.
F. Pencegahan
Meskipun
terapi yang efektif tersedia untuk toksoplasmosis, semua perlakuan mempunyai
efek samping dan mungkin tidak melindungi anak yang belum lahir. Itu sebabnya
pendekatan yang terbaik adalah pencegahan.
Tindakan
pencegahan ini dapat membantu Anda tetap aman:
1.
Pakailah
sarung tangan jika anda berkebun atau menangani tanah. Berkebun dapat santai
dan memuaskan, tetapi juga dapat mengekspos anda dengan toksoplasmosis.
Pakailah sarung tangan setiap kali anda bekerja di luar rumah, dan kemudian
cuci tangan dengan bersih dengan sabun dan air, terutama sebelum makan atau
menyiapkan makanan.
2.
Jangan makan
daging mentah atau kurang matang. Daging. terutama daging domba, babi dan sapi,
dapat menularkan toxoplasma organisme. Jangan mencicipi daging sebelum
benar-benar matang. Hindari daging mentah.
3.
Cuci
peralatan dapur secara menyeluruh. Setelah menyiapkan daging mentah,
benar-benar mencuci talenan, pisau dan peralatan dapur lainnya dalam air panas,
sabun untuk mencegah kontaminasi silang dari makanan lain. Cucilah tangan Anda
dengan hati-hati setelah memegang daging mentah.
4.
Cucilah atau
kupas semua buah-buahan dan sayuran. Jika memungkinkan, gunakan sabun untuk
mencuci sayuran buah-buahan dan sayuran, terutama jika Anda memakannya mentah.
Jika tidak, kupas dengan hati-hati.
5.
Jangan minum
susu yang tidak dipasteurisasi. Susu dan produk susu lainnya yang tidak
dipasteurisasi dapat mengandung parasit toxoplasma.
6.
Tutup kotak
pasir anak-anak. Jika Anda mempunyai anak, pastikan untuk menutupi kotak pasir
setiap kali mereka selesai bermain. Kucing bisa buang air besar di bak pasir
terbuka.
G. Diagnosa
Toksoplasma
dapat ditegakkan dengan mengidentifikasi parasit di sekresi jaringan, cairan
tubuh atau adanya peninggian titer antibodi yang sangat tinggi sampai delapan
kali. Pada kasus-kasus terbatas dan
hanya menggunaan test tunggal dengan peninggian titer antibodi IgM,
seseorang sudah dikatakan terinfeksi akut toksoplasma . Walaupun secara klinis
diagnosis penyakit ini sulit ditegakkan, tetapi dapat mudah diketahui apakah
seseorang bebas dari penyakit, sedang sakit atau telah kebal, melalui
pemeriksaan darah terhadap antibodi.
Pemeriksaan
darah seperti ini dapat dilakukan di banyak laboratorium kesehatan, sayangnya
biayanya cukup mahal, sehingga pemeriksaan ini benar-benar dilakukan pada
kelompok wanita yang berisiko tinggi, seperti kelompok wanita yang memelihara
kucing, suka makan daging tidak matang, dan adanya abortus ataupun ada riwayat
kematian janin dalam rahim.
H. Pemeriksaan Penunjang
IgG (+) dan IgM (+)
I.
Komplikasi
1.
Komplikasi
dari wanita hamil menjadi baru terinfeksi toksoplasmosis:
2.
Janin atau
bayi baru lahir komplikasi dari wanita hamil dengan toksoplasmosis:
a.
Kongenital
toksoplasmosis - diteruskan ke bayi yang baru lahir dengan ibu yang
terinfeksi oleh lintas plasenta tertular.
c.
Bayi otak
gangguan
d.
Baru lahir
mata gangguan
DAFTAR
PUSTAKA
Ferdiananto,
Achmad,dkk.2011.Asuhan Kebidanan
Patologis.Jakarta:Salemba Medika
Holmes,
Debbie,dkk.2011.Buku Ajar Ilmu Kebidanan.Jakarta:EGC
PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PATOLOGI
PADA NY “A”
DENGAN TOXOPLASMOSIS
DI RSUD NENE
MALLOMO SIDRAP
TGL. 15
APRIL 2013
No. Register :
Tgl. Kunjungan :
Tgl. Pengkajian :
Nama Pengkaji :
IDENTITAS
ISTRI / SUAMI
1.
Nama :
2.
Umur :
3.
Nikah/lamanya :
4.
Suku/bangsa :
5.
Agama :
6.
Pendidikan :
7.
Pekerjaan :
8.
Alamat :
SUBJEKTIF
(S)
·
Ibu hamil dengan umur kehamilan 24
minggu
·
Ibu mengeluh merasa lemah, mudah capek,
dan merasa agak pusing seperti akan flu
·
Ibu mengatakan memelihara 3 ekor kucing
·
Ibu sudah keguguran dua kali, sehingga
cemas dengan kehamilannya yang sekarang
OBJEKTIF
(O)
·
Pemeriksaan
Fisik
-
Keadaan umum : Baik
-
Kesadaran : Compos
Mentis
-
Status
emosional : Stabil
-
Tanda-tanda
vital
ü Tekanan darah : 110 / 80 mmHg
ü Nadi :
78 kali / menit
ü Pernafasan : 19 kali / menit
ü Suhu :
36,60 C
-
BB/TB : 59 kg / 155
cm
·
Pemeriksaan
penunjang
-
Tanggal 24
Maret 2010 hasil IgG (+) dan IgM (+)
ASESSMENT
(A)
Diagnosa : Ny ‘S’ umur 27 tahun G3P0Ab2Ah0
UK : 24 minggu dengan toxoplasmosis
Masalah Aktual : Ibu mengatakan merasa lemah, mudah
capek, dan merasa agak pusing seperti mau flu dan cemas dengan kehamilan
sekarang karena sudah abortus dua kali.
Masalah Potensial : Kehamilan dengan toxoplasmosis
berpotensi terjadinya abortus pada ibu, serta lahir prematur, IUGR, lahir mati
dan lahir dengan cacat bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis),
hidrosefalus, meningoencephalitis (radang otak), tuli, pengapuran
otak,retardasi mental, kejang-kejang, dan gangguan neurologis pada janin.
Kolaborasi :
Laboratorium Pramita untuk pemeriksaan IgG dan IgM darah
Merujuk : Untuk pemberian terapi obat dan penanganan
selanjutnya dirujuk ke dr. Sp.Og
PLANNING
(P)
Tanggal 27
Maret 2010 jam 09.00 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa kondisinya
saat ini baik namun menurut hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa
ibu sekarang positf terkena infeksi toxoplasmosis.
Hasil : Ibu mengerti kondisinya saat ini
2. Menganjurkan keluarga agar memberi
dukungan pada ibu
Hasil : Keluarga berjanji untuk memberikan bantuan psikologis pada ibu
3. Memberikan ibu rasa aman dan nyaman
pada ibu
Hasil : Ibu mengatakan sudah merasa lebih aman dan nyaman
4. Mengajurkan ibu untuk menenangkan
pikiran dan perasaannya
Hasil : Ibu mengatakan pikiran dan perasaannya sudah lebih tenang.
5. Memberitahu ibu bahwa kondisi
janinnya saat ini baik, namun perlu pemantauan yang ketat karena kemungkinan
bisa terjadi abortus, lahir prematur, IUGR, lahir mati dan lahir dengan cacat
bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis), hidrosefalus, meningoencephalitis
(radang otak), tuli, pengapuran otak,retardasi mental, kejang-kejang, dan
gangguan neurologis lainnya.
Hasil : Ibu mengerti kondisi yang dialami dan kemungkinan yang akan
terjadi pada janinnya
6. Memberi dukungan psiklogis untuk
mengurangi kecemasan ibu
Hasil : Cemas ibu berkurang
7. Menganjurkan ibu untuk tetap tenang
dan berdoa bahwa kehamilannya akan baik- baik saja.
Hasil : Ibu mengatakan sudah lebih tenang
8. Meyakinkan ibu, bahwa tim medis akan
membantu ibu dengan baik.
Hasil : Ibu mengatakan, ia yakin bahwa tim medis akan membantunya
dengan baik.
9. Melibatkan keluarga untuk terus
memberi dukungan pada ibu.
Hasil : Keluarga berjanji akan terus memberikan dukungan pada ibu
10. Menganjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup dan mengurangi aktifitas yang berhubungan dengan hewan
peliharaannya.
Hasil : Ibu bersedia mengurangi aktifitas yang berhubungan
dengan hewan peliharaannya
11. Menganjurkan ibu untuk menghindari
makan makanan yang dimasak mentah atau setengah matang.
Hasil : Ibu bersedia untuk menuruti saran bidan
yaitu menghindari makan makanan yang dimasak mentah atau setengah matang.
12. Menganjurkan ibu untuk membersihkan
dan mencuci buah-buahan atau sayuran sebelum dimakan dengan baik.
Hasil : Ibu bersedia untuk menuruti saran bidan
yaitu membersihkan dan mencuci buah-buahan atau sayuran sebelum dimakan dengan
baik.
13. Menganjurkan ibu untuk tidak minum
susu unpasteurized dari hewan.
Hasil : Ibu bersedia untuk menuruti saran bidan
yaitu tidak minum susu unpasteurized dari hewan.
14. Menganjurkan pada ibu untuk makan
dan minum yang cukup.
Hasil : Ibu bersedia untuk menuruti saran bidan
yaitu makan dan minum yang cukup.
15. Melibatkan keluarga untuk membantu
ibu agar makan dan minum yang cukup.
Hasil : Ibu bersedia untuk menuruti saran bidan
yaitu keluarga berjanji akan membantu ibu agar makan dan minum yang cukup.
16. Menganjurkan ibu untuk membersihkan
tangan, alat-alat dapur (seperti; papan atau alas untuk memotong) yang dipakai
untuk mengelola daging mentah, hal ini untuk mencegah kontaminasi dengan
makanan lainnya.
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan
yaitu membersihkan tangan, alat-alat dapur (seperti; papan atau alas untuk
memotong) yang dipakai untuk mengelola daging mentah.
17. Menganjurkan ibu bila membersihkan
sampah atau tempat sampah, jangan lupa menggunakan sarung tangan, dan mencuci
tangannya atau sebaiknya serahkan tugas ini kepada anggota keluarga lainnya,
karena ibu sedang hamil.
Hasil : Ibu dan keluarga bersedia untuk melakukan
saran bidan yaitu membersihkan sampah atau tempat sampah, ibu tidak lupa
menggunakan sarung tangan, dan ibu akan mencuci tangannya atau akan menyerahkan
tugas ini kepada anggota keluarga lainnya.
18. Menganjurkan ibu untuk memakai
sarung tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun atau perkarangan, untuk
menghindari kontak langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan yaitu
memakai sarung tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun atau perkarangan,
untuk menghindari kontak langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.
19. Karena ibu memelihara kucing, maka
saat ibu sedang hamil, serahkanlah tugas membersihkan kotoran kucing kepada
anggota yang lainnya, membersihkan kotoran kucing yang dipelihara setiap hari
dan ingat untuk menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan setiap selesai
membersihkan.
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan
yaitu menyerahkan tugas membersihkan kotoran kucing kepada anggota yang
lainnya.
20. Menganjurkan ibu untuk mencuci
tangan setiap selesai bermain dengan kucing peliharaan
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan
yaitu mencuci tangan setiap selesai bermain dengan kucing peliharaan.
21. Menganjurkan ibu untuk tugas
membuang kotoran kucing dilakukan oleh anggota keluarga lain yaitu dengan
membuang kotoran dalam plastik dibuang di tempat sampah dan tidak menanam atau
meletakanya di dekat kebun atau taman.
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan
yaitu keluarga bersedia membuang kotoran kucing dalam plastik ke tempat sampah,
dan tidak menanam atau meletakanya di dekat kebun atau taman.
22. Menganjurkan ibu untuk jangan
memberi makan daging mentah untuk kucing peliharaan.
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan
yaitu tidak memberi makan daging mentah untuk kucing peliharaan.
23. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan
kucingnya ke dokter hewan bila melihat bahwa kucing peliharaan ibu terdapat
tanda-tanda sakit.
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan
yaitu memeriksakan kucingnya ke dokter hewan bila melihat bahwa kucing
peliharaan ibu terdapat tanda-tanda sakit.
24. Melakukan kolaborasi dengan
laboratorium untuk memgecek igg dan igm serta merujuk ke dr. Sp.OG untuk
pemberian obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan ibu.
Hasil : Ibu bersedia dilakukan tindakan kolaborasi
dan telah dilakukan kolaborasi dengan laboratorium dan dilakukan rujukkan pada dr.
Sp.OG sehingga ibu sudah diberikan obat-obatan dan sudah mendapatkan tindakan kuretase
dari dokter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar