Jumat, 21 Juni 2013

Makalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes)



BAB I
PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1 – HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler serta metabolisma tubuh.
Infeksi Torch pada kehamilan berbahaya bagi janin. TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik terhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman). Antibodi yang terbentuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG).

B.       Tujuan
1.       Untuk mengetahui pengertian TORCH
2.       Untuk mengetahui penyebab TORCH
3.       Untuk mengetahui etiologi TORCH
4.      Untuk mengetahui tanda dan gejala TORCH
5.      Untuk mengetahui patofisiologi TORCH
6.      Untuk mengetahui cara penularan TORCH
7.       Untuk mengetahui cara menghindari TORCH
8.       Untuk mengetahui cara pencegahan TORCH
9.      Untuk mengetahui pengobatan TORCH
10.  Untuk mengetahui diagnosa TORCH
11.  Untuk mengetahui pemeriksaan TORCH









BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pengertian TORCH
TORCH adalah sebuah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yang menyebabkan kelainan bawaan, yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi ini sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
a.         Toxoplasma
Toxoplasmosis penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii yaitu suatu parasit intraselluler yang menginfeksi pada manusia dan hewan. Tboxoplasma gondii termasuk spesies dari kelas sporozoa (Cocidia), pertama kali ditemukan pada binatang pengerat Ctenodactylus gundi di Afrika Utara (Tunisia) oleh Nicolle dan Manceaux tahun 1908. Tahun 1928 Toxoplasma gondii ditemukan pada manusia pertama kali oleh Castellani
b.         Rubella
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan ke janin secara intrauterin. Masa inkubasinya rata-rata 16-18 hari. Periode prodromal dapattanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa lemah,demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini agak berbeda dari toksoplasmosis karena rubela hanya mengancam janin.
Penyakit yang juga disebabkan oleh virus yang menimbulkan demam ringan dengan ruam yang menyebar dan kadang-kadang mirip dengan campak. Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan, resiko kecacatan ini menurun hinggga kira-kira 10-20% pada minggu ke 16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu.
c.         Cyto Megalo Virus (CMV)
Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus, subfamili betaherpesvirus, famili herpesviridae. Penularannya lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh yangterinfeksi (urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan lainlain). Masa inkubasi penyakit ini antara 3-8 minggu. Pada kehamilan infeksi pada janin terjadi secara intrauterin. Pada bayi, infeksi yang didapat saat kelahiran akan menampakkan gejalanya pada minggu ke tiga hingga ke dua belas; jika didapat pada masa perinatal akan mengakibatkan gejala yang berat.
Infeksi virus ini dapat ditemukan secara luas di masyarakat; sebagian besar wanita telah terinfeksi virus ini selama masa anak-anak dan tidak mengakibatkan gejala yang berarti. Tetapi bila seorang wanita baru terinfeksi pada masa kehamilan maka infeksi primer ini akan menyebabkan manifestasi gejala klinik infeksi janin bawaan sebagai berikut: hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis dan optic atrophy, mikrosefali, letargia, kejang, hepatitis dan jaundice, infiltrasi pulmonal dengan berbagai tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial. Jika bayi dapat bertahan hidup akan disertai retardasi psikomotor maupun kehilangan pendengaran..
d.        Herpes Simplek
Penyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus (HSV); ada 2 tipe HSV yaitu tipe 1 dan 2. Tipe 1 biasanya mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena adanya kontak dengan lesi genital yang infektif; sedangkan HSV tipe 2 merupakan herpes genitalis yang menular lewat hubungan seksual. HSV tipe 1 dan 2 dapat dibedakan secara imunologi. Masa inkubasi antara 2 hingga 12 hari.
Infeksi herpes superfisial biasanya mudah dikenali misalnya pada kulit dan membran mukosa juga pada mata.
Penyakit infeksi virus yang ditandai dengan lesi primer terlokalisir, laten dan adanya kecenderungan untuk kambuh kembali. Ada 2 jenis virus yaitu virus herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan 2 pada umumnya menimbulkan gejala klinis yang berbeda, tergantung pada jalan masuknya. Dapat menyerang alat-alat genital atau mukosa mulut.

B.       Penyebab TORCH
Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, dan Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati, kambing, sapi, anjing, babi dan lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai penyebab terjangkitnya penyakit yang berasal dari virus ini adalah hewan, namun juga bisa disebabkan oleh karena perantara (tidak langsung) seperti memakan sayuran, daging setengah matang dan lainnya.
a.         Toxoplasma Gondii
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
b.         Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
c.         Cyto Megalo Virus (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
d.        Herpes Simplek
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.

C.      Etiologi TORCH
a.         Toxoplasma Gondii
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
b.         Rubella
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
c.         Cyto Megalo Virus (CMV)
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.
d.        Herpes Simplek
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.

D.      Tanda Dan Gejala
a.         Toxoplasma
Gejala yang diderita biasanya dengan mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam disertai hepatomegali, dan umumnya tidak menimbulkan masalah,
b.         Herpes Simpleks
Penderita biasanya mengalami demam, salivasi, mudah terangsang dan menolak untuk makan,. Dengan dilakukan pemeriksaan menunjukan adanya ulkus dangkal multiple yang nyeri pada mukusa lidah, gusi, dan bukal denganvesikel pada bibir dan sekitarnya.
c.         Cyto Megalo Virus (CMV)
-          Demam,
-          Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia)
-          Letih
-          Lesu
-          Kulit berwarna kuning,
-          Pembesaran hati dan limpa,
-          Kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak, gangguan mental, dan lain-lain tergantung organ janin mana yang diserang
-          Umumnya janin yang terinfeksi cmv lahir prematur dan berat badan lahir rendah
d.        Rubella
Tanda dan gejala yang muncul biasanya bertahan dalam dua hingga tiga hari dan mungkin melibatkan:
-          Demam ringan 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah,
-          Sakit kepala
-          Hidung tersumbat atau pilek
-          Peradangan, mata merah
-          Pembesaran, pelunakan kelenjar getah bening di dasar tengkorak, leher bagian belakang dan di belakang telinga
-          Muncul ruam warna merah muda/pink di wajah dan dengan cepat menyebar ke pundak, lengan, kaki sebelum menghilang di sekuens yang sama.
-          Nyeri pada persendian, khususnya pada perempuan muda.

E.       Patofisiologi TORCH
a.         Toxoplasma
Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang merupakan salah satu penyebab kelainan kongenital yang cukup dominan dibandingkan penyebab lainnya yang tergolong dalam TORCH. Hospes primernya adalah kucing. Kucing ini telah mempunyai imunitas, tetapi pada saat reinfeksi mereka dapat menyebarkan kembali sejumlah kecil ookista. Ookista ini dapat menginfeksi manusia dengan cara memakan daging, buah-buahan, atau sayuran yang terkontaminasi atau karena kontak dengan faeces kucing. Dalam sel–sel jaringan tubuh manusia, akan terjadi proliferasi trophozoit sehingga sel–sel tersebut akan membesar. Trophozoit akan berkembang dan terbentuk satu kista dalam sel, yang di dalamnya terdapat merozoit. Kista biasanya didapatkan di jaringan otak, retina, hati, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kelainan pada organ-organ tersebut, seperti microcephali, cerebral kalsifikasi, chorioretinitis, dll. Kista toksoplasma ditemukan dalam daging babi atau daging kambing. Sementara itu, sangat jarang pada daging sapi atau daging ayam. Kista toksoplasma yang berada dalam daging dapat dihancurkan dengan pembekuan atau dimasak sampai dagingnya berubah warna. Buah atau sayuran yang tidak dicuci juga dapat menstranmisikan parasit yang dapat dihancurkan dengan pembekuan atau pendidihan. Infeksi T.gondii biasanya tanpa gejala dan berlalu begitu saja. Setelah masa inkubasi selama lebih kurang 9 hari, muncul gejala flu seperti lelah, sakit kepala, dan demam yang dapat muncul hampir bersamaan dengan limpadenopati, terutama di daerah serviks posterior.
b.         Rubella
Kematian pada post natal rubella biasanya disebabkan oleh enchepalitis. Pada infeksi awal, virus akan masuk melalui traktus respiratorius yang kemudian akan menyebar ke kelenjar limfe sekitar dan mengalami multiplikasi serta mengawali terjadinya viremia dalam waktu 7 hari. Janin dapat terinfeksi selama terjadinya viremia maternal. Saat ini, telah diketahui bahwa infeksi plasenta terjadi pada 80% kasus dan risiko kerusakan jantung, mata, atau telinga janin sangat tinggi pada trisemester pertama. Jika infeksi maternal terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu, 60% bayi akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan menurun menjadi 17% pada minggu ke-14 dan selanjutnya menjadi 6% setelah usia kehamilan 20 minggu. Akan tetapi, plasenta biasanya terinfeksi dan virus dapat menjadi laten pada bayi yang terinfeksi kongenital selama bertahun-tahun.
c.         Cytomegalovirus (CMV)
Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital saat bayi atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan infeksi primer pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV selama kehamilan. Di negara berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama kehamilan, karena sebagian besar orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi primer terjadi pada ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan pembesaran hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi mental. Bayi juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang banyak dalam serviks. Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan virus dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva, semen, dan serviks. Virus juga didapatkan pada leukosit dan dapat menular melalui tranfusi.
d.        Herpes Simpleks (HSV)
HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2. HSV 1 biasanya menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2 dapat menyebabkan lesi genital. Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau kontak fisik lainnya. Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV akan mengadakan replikasi pada sel epitel, dengan waktu inkubasi 4 sampai 6 hari. Replikasi akan berlangsung terus sehingga sel akan menjadi lisis serta terjadi inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia di mana virus akan menyebar ke saraf sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan replikasi yang diikuti penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain2,4,9,10.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan. Akan tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000 sampai 1 dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung dengan HSV pada saat melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35--40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi herpes genital primer pada akhir kehamilannya.

F.       Cara Penularan TORCH
Penularan TORCH pada manusia dapat melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif (didapat) dan yang kedua, secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain sebagai berikut :
a.         Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung sista), misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya. Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu melalui masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya diamsak tidak semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya.
b.         Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan) dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa bertahan di tanah sampai beberapa bulan ( Howard, 1987).
c.         Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista), kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau tanpa sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).
d.        Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan jenisnya.
e.         Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui plasenta.
f.          Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang sedang disusuinya.
g.         Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang yang kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si penderita penyakit TORCH.
h.         Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar.
i.           Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.
Berdasarkan kenyataan di atas, penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena itu dalam satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena penyakit tersebut maka yang lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus dalam satu keluarga seluruh anggota keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak semuanya terkena penyakit TORCH.

G.      Cara Menghindari TORCH
Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat membahayakan ini, ada beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut :
a.         Bila mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan lainnya terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat Celcius, agar oosista - oosista yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut bisa mati.
b.         Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi yang masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu dicuci / dibersihkan.
c.         Hindari kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing, musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan bengkarung yang kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.
d.        Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang disposable (dibuang setelah dipakai).
e.         Bagi wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah negatif, jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.
f.          Bila sedang memegang daging, bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ yang masih mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan peralatan dapur setelah selesai sebaiknya dicuci dengan sabun.
g.         Bagi yang senang berkebun atau bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung tangan, mencuci sayuran atau buah sebelum dimakan.
h.         Darah penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif harus dari orang dengan seronegatif TORCH.
i.           Pemberantasan terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlau dilakukan.
j.           Penggunaan desinfektan komersial yang ada di toko - toko dapat berguna untuk membasmi oosista.
k.         Memeriksakan hewan peliharaan secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik hewan agar supaya hewan keanyangan selalu dalam keadaan sehat.

H.      Cara Pencegahan TORCH
Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat mempertimbangkan saran-saran berikut agar bayi Anda dapat terlahir dengan baik dan sempurna.
a.         Makan makanan bergizi
Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan menginfeksi tubuh.
b.         Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan
Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda kehamilan hingga benar-benar sembuh.
c.         Melakukan vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH. Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian.
d.        Makan makanan yang matang
Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati apabila makanan tidak dimasak sampai matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang dalam keseharian Anda.
e.         Periksa kandungan secara terartur
Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh Anda ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi tidak menjadi buruk.
f.          Jaga kebersihan tubuh
Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan, sangatlah penting.
g.         Hindari kontak dengan penderita penyakit
Seorang wanita hamil harus menghindari kontak dengan siapa pun yang menderita infeksi virus, seperti rubela, yang juga disebut campak Jerman.
Dengan mencari lebih banyak informasi tentang kehamilan serta merawat dirinya sebelum dan selama masa kehamilan maupun dengan memikirkan masak-masak jauh di muka tentang berbagai aspek melahirkan, seorang wanita akan melakukan sebisa-bisanya untuk memastikan kehamilan yang lebih aman. Maka, bagi seorang wanita hamil, cobalah untuk selalu waspada terhadap berbagai penyakit seperti TORCH agar bayi Anda terlahir sehat.

I.         Pengobatan TORCH
Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif.
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan anda.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai 90 %.
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan.

J.        Diagnosa TORCH
Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu penyakit. Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar dilaksanakan, maka dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah, untuk mengukur titer-titer antibodi IgM atau IgG-nya.
Penderita TORCH kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa jadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, radang tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan keluhan lainnya.
Untuk kasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisik maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaan lainnya.
Namun begitu, gejala diatas tentu belum membuktikan adanya penyakit TORCH sebelum dibuktikan dengan uji laboratorik.

K.      Pemeriksaan TORCH
1.         Cara Pemeriksaannya
a.         Toxoplasma
Tes ini mempergunakan antigen Toxoplasma yang diletakkan pada penyangga padat, mula-mula di inkubasi dengan serum penderita kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar antibodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas warna yang timbul setelah ikatan antigen antibodi dicampur dengan substrat. Uji aviditas pada ELISA bermanfaat untuk determinasi prediktif kapan seseorang atau individu tersebut diperkirakan terinfeksi Aviditas ELISA juga dapat digunakan untuk menentukan status infeksi serta kekuatan ikatan intrinsik antara antibodi dengan antigen. Apabila ikatan intrinsiknya lemah maka daya proteksinya juga lemah meskipun titernya cukup tinggi. Sebaliknya apabila ikatan intrinsik antigen-antibodinya cukup tinggi maka daya proteksinya cukup baik meskipun titernya tidak terlalu tinggi.
-          Cara Kerja
a)         Lokasi Pengambilan Sampel
-          Vena mediana cubiti ( dewasa )
-          Vena jugularis superficialis ( bayi )
b)        Cara kerja pengambilan sampel :
1.        Bersihkan daerah vena mediana cubiti dengan alcohol 70% dan biarkan menjadi kering kembali
2.        Pasang ikatan pembendung/torniquit diatas fossa cubiti.
3.        Mintakan pasien yang akan diambil darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan vena tidak boleh terlalu kuat.
4.        Tegangkan kulit diatas vena dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak.
5.        Tusuk kulit diatas vena dengan jarum/nald dengan tangan kanan sampai menembus lumen vena.
6.        Lepaskan pembendungan dan ambillah darah sesuai yang dibutuhkan.
7.        Taruh kapas diatas jarum/nald dan cabut perlahan.
8.        Mintakan agar pasien menekan bekas tusukan dengan kapas tadi.
9.        Alirkan darah dari syringe kedalam tabung melaluji dinding tabung.
10.    Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis specimen.
11.    Sampel dapat di simpan pada suhu 2 - 8 ° C bertahan sampai 7 hari atau dibekukan sampai 6 bulan.
12.    Hindari pembekuan berulang jika untuk pemeriksaan.
c)         Cara kerja Toxolisa IgG dan IgM
1.        Siapkan pengenceran 1:40 test sampel, negatif control, positif control dan calibrator dengan jalan menambahkan masing-masing 5 ul bahan dengan 100 ul sampel diluents, goyang hingga homagen.
2.        Ambil 100 ul masing-masing hasil pengenceran, masukkan ke dalam wells goyang agar tercampur rata, inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC.
Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan cuci 1× dengan aquabidest Wash buffer (1×) = encerkan volume Wash Buffer (20×) dengan 19 volume aquabidest contoh : larutkan 50ml Wash Buffer (20×) kedalam aquabidest untuk membuat 1000ml Wash Buffer (1×).
3.        Masukan 100 ul Enzyme Conjugate ke masing-masing well, inkubasi 30 menit pada suhu 37oC.
4.        Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan cuci dengan aquabidest.
5.        Masukan 100 ul TMB ke masing-masing well, goyang hingga merata.
6.        Inkubasi 15 menit pada suhu 37oC.
7.        Tambahkan 100 ul Stop Solution (1N HCl) ke masing-masing well.
8.        Goyang 30 detik agar merata.
9.        Baca pada Elisa Reader dengan λ 450nm.
b.        Rubella
Dengan tes ELISA, HAI,Pasif HAatau tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi rubella telah terjadi.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
c.         Cyto Megalo Virus
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
d.        Herpes Simpleks
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan
2.      Dan cara untuk membaca hasilnya adalah sebagai berikut :
a.         Periksalah serum untuk mencari ada tidaknya IgG spesifik untuk parasit/virus TORCH. Bila hasilnya Negatif, berarti Anda tidak pernah terinfeksi TORCH. Bila Positif, berarti pernah terinfeksi. Note: [periksa Anti-Toxoplasma IgG, Anti-Rubella IgG, Anti-CMV IgG, Anti-HSV2 IgG]. Tes IgG itu untuk meriksa apakah pada masa lalu si pasien pernah kena infeksi.
b.        Bila IgG Positif, maka untuk menentukan kapan infeksi tersebut, Anda harus melakukan pemeriksaan serum untuk mencari ada tidaknya IgM parasit/virus TORCH. Tes IgM ini fungsinya untuk memeriksa apakah saat ini si pasien terinfeksi TORCH.
c.         Bila IgG Positif dan IgM Negatif : Anda telah terinfeksi lebih dari setahun yang lalu. Saat ini anda mungkin telah mengembangkan kekebalan terhadap parasit itu. Anda tidak perlu khawatir untuk hamil.
d.        Bila IgG Positif dan IgM juga Positif: Anda tengah mengalami infeksi dalam 2 tahun terakhir, [mungkin pula ada false pada hasil IgM]. Anda harus catat berapa angka IgM tersebut.
e.         Selanjutnya Anda harus melakukan lagi pemeriksaan IgM [kalau perlu sekalian IgG] setelah 2 minggu dari pemeriksaan pertama.
f. Bila IgM tetap Positif atau malah naik angkanya, berarti anda sedang terinfeksi TORCH. Sebaiknya anda sembuhkan dulu infeksi ini baru kemudian mulai hamil.
f.         Siapa & kapan perlu melakukan pemeriksaan TORCH yaitu
-          Wanita yang akan hamil atau merencanakan segera hamil
-          Wanita yang baru/sedang hamil bila hasil sebelumnya negatif atau belum diperiksa, idealnya dipantau setiap 3 bulan sekali
-          Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.
B.       Saran
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak dengan matang.























LANDASAN TEORI

A.      Definisi
Toksoplasmosis adalah suatu protozoa yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Infeksi ini ditularkan oleh organisme berkista dengan memakan daging mentah atau kurang makan yang terinfeksi atau kontak dengan kotoran makan yang terinfeksi.

B.       Patofisiologi
Parasit toksoplasma cenderung untuk masuk ke dalam sel organ ( intrasel ) tubuh manusia dan terdapat dalam tiga bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang beredar dalam darah, bentuk ookista yang dikeluarkan dalam tinja kucing, dan bentuk kista yang menetap dalam jaringan tubuh seperti paru, jantung, otot, dan otak. Bentuk kista berupa sebuah kantung yang di dalamnya berisi beribu-ribu trofozoit T gondii. Kucing adalah tempat hidup utama parasit toxoplasma, parasit ini dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Adapun dalam tubuh manusia, unggas dan hewan ternak lain sebagai hospes perantara, parasit ini berkembang biak secara aseksual, yaitu kemampuan untuk berkembang biak dengan cara membelah diri.
Di tanah yang tercemar, ookista (toxoplasma) dapat dibawa oleh lalat, kecoak, semut atau cacing tanah ke berbagai tempat di kebun. Ookista dapat menempel di sayuran, buah-buahan atau termakan oleh hewan ternak seperti ayam, kambing, anjing, sapi, dan menembus epitel usus, berkembang biak dengan membelah diri serta menetap dalam bentuk kista pada organ hewan tersebut.
Bentuk parasit T gondii seperti batang melengkung dengan ukuran lebih kecil dari sel darah merah (3-6 mm) bergerak dengan gerakan aktinomisin di bawah membran plasma, dapat menembus sel secara aktif masuk ke berbagai jaringan seperti otot, otak, mata, dan usus. Kucing yang menderita toksoplasmosis akan mengeluarkan beribu-ribu ookista yang tetap infektif selama berbulan-bulan di tanah yang tidak terkena sinar matahari.
Ookista yang tertelan akan membentuk trofozoit dan ikut aliran darah serta memasuki sel berinti organ tubuh atau membentuk kista. Manusia dapat terinfeksi bila menelan ookista atau makan daging ternak seperti ayam, kambing atau sapi yang mengandung kista dan tidak dimasak matang.

C.      Manifestasi Kinik
1.         Infeksi pada ibu hamil
a.         Sebagian besar asimtosik.
b.        Limpadenopati disertai malaise, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, nyeri otot, dan kelelahan tanpa disertai demam.
2.         Infeksi pada bayi
Diagnosis infeksi Toxo congenital biasanya baru dipikirkan bila pada bayi baru lahir tampak hidrosefalus,retardasi mental, choriorentitis,hepatitis, pneumonia, myiositis, dan limpadenopati.

D.       Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari Toksoplasmosis dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
1.         Toksoplasmosis Limfatik Ringan.
-          Bisa menyerupai mononukleosis infeksiosa.
-          Gejalanya berupa pembsaran kelenjar getah bening leher dan ketiak, merasa tidak enak badan, nyeri otot dan demem ringan yang naik-turun, yang biasa berlangsung selama beberapa minggu atau beberapa bulan tetapi pada akhirnya menghilang.
-          Terdapat anemia ringan, tekanan darah rendah, peningkatan jumlah limfosit dan hasil pemeriksaan fungsi hati yang agak abnormal.
-          Tetapi biasanya penderita hanya menunjukkan gejala pembesaran kelenjar getah bening leher.
2.         Toksoplasmosis Kronis.
-          Terjadi peradangan di dalam mata.
-          Gejala lainnya seringkali tidak jelas.
3.         Toksoplasmosis Diseminata Akut.
-          Bisa menyebabkan ruam kulit, demam tinggi, menggigil dan kelelahan yang luar biasa.
-          Jenis toksoplasmosis in terutama terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan.
-          Pada beberapa penderita terjadi peradangan otak dan selaputnya (meningoensefalitis), peradangan hati (hepatitis), peradangan paru-paru (pneumonitis) atau peradangan jantung (miokarditis).
E.       Efek Samping dari Toksoplasmosis pada Kehamilan
1.         Kegagalan kehamilan
2.         Abortus
3.         Lahir premature
4.         IUGR
5.         Lahir mati
6.         Lahir dengan cacat bawaan seperti:
·           Kebutaan (retinokoroiditis)
·           Hidrosefalus     
·           Meningoencephalitis (radang otak)
·           Tuli
·           Pengapuran otak
·           Retardasi mental
·           Kejang-kejang, dan
·           Gangguan neurologis lainnya.

F.       Pencegahan
Meskipun terapi yang efektif tersedia untuk toksoplasmosis, semua perlakuan mempunyai efek samping dan mungkin tidak melindungi anak yang belum lahir. Itu sebabnya pendekatan yang terbaik adalah pencegahan.
Tindakan pencegahan ini dapat membantu Anda tetap aman:
1.         Pakailah sarung tangan jika anda berkebun atau menangani tanah. Berkebun dapat santai dan memuaskan, tetapi juga dapat mengekspos anda dengan toksoplasmosis. Pakailah sarung tangan setiap kali anda bekerja di luar rumah, dan kemudian cuci tangan dengan bersih dengan sabun dan air, terutama sebelum makan atau menyiapkan makanan.
2.         Jangan makan daging mentah atau kurang matang. Daging. terutama daging domba, babi dan sapi, dapat menularkan toxoplasma organisme. Jangan mencicipi daging sebelum benar-benar matang. Hindari daging mentah.
3.         Cuci peralatan dapur secara menyeluruh. Setelah menyiapkan daging mentah, benar-benar mencuci talenan, pisau dan peralatan dapur lainnya dalam air panas, sabun untuk mencegah kontaminasi silang dari makanan lain. Cucilah tangan Anda dengan hati-hati setelah memegang daging mentah.
4.         Cucilah atau kupas semua buah-buahan dan sayuran. Jika memungkinkan, gunakan sabun untuk mencuci sayuran buah-buahan dan sayuran, terutama jika Anda memakannya mentah. Jika tidak, kupas dengan hati-hati.
5.         Jangan minum susu yang tidak dipasteurisasi. Susu dan produk susu lainnya yang tidak dipasteurisasi dapat mengandung parasit toxoplasma.
6.         Tutup kotak pasir anak-anak. Jika Anda mempunyai anak, pastikan untuk menutupi kotak pasir setiap kali mereka selesai bermain. Kucing bisa buang air besar di bak pasir terbuka.

G.       Diagnosa
Toksoplasma dapat ditegakkan dengan mengidentifikasi parasit di sekresi jaringan, cairan tubuh atau adanya peninggian titer antibodi yang sangat tinggi sampai delapan kali. Pada kasus-kasus terbatas dan  hanya menggunaan test tunggal dengan peninggian titer antibodi IgM, seseorang sudah dikatakan terinfeksi akut toksoplasma . Walaupun secara klinis diagnosis penyakit ini sulit ditegakkan, tetapi dapat mudah diketahui apakah seseorang bebas dari penyakit, sedang sakit atau telah kebal, melalui pemeriksaan darah terhadap antibodi.
Pemeriksaan darah seperti ini dapat dilakukan di banyak laboratorium kesehatan, sayangnya biayanya cukup mahal, sehingga pemeriksaan ini benar-benar dilakukan pada kelompok wanita yang berisiko tinggi, seperti kelompok wanita yang memelihara kucing, suka makan daging tidak matang, dan adanya abortus ataupun ada riwayat kematian janin dalam rahim.

H.      Pemeriksaan Penunjang
IgG (+) dan IgM (+)

I.         Komplikasi
1.         Komplikasi dari wanita hamil menjadi baru terinfeksi toksoplasmosis:
a.         Spontan aborsi - pada wanita hamil yang terkena dampak
b.        Kelahiran mati - pada wanita hamil yang terkena dampak
2.         Janin atau bayi baru lahir komplikasi dari wanita hamil dengan toksoplasmosis:
a.         Kongenital toksoplasmosis - diteruskan ke bayi yang baru lahir dengan ibu yang terinfeksi oleh lintas plasenta tertular.
b.        Neonatal jaundice
c.         Bayi otak gangguan
d.        Baru lahir mata gangguan

























DAFTAR PUSTAKA


Ferdiananto, Achmad,dkk.2011.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta:Salemba Medika
Holmes, Debbie,dkk.2011.Buku Ajar Ilmu Kebidanan.Jakarta:EGC


















PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PATOLOGI
PADA NY “A” DENGAN TOXOPLASMOSIS
DI RSUD NENE MALLOMO SIDRAP
TGL. 15 APRIL 2013

No. Register                :
Tgl. Kunjungan           :
Tgl. Pengkajian           :
Nama Pengkaji            :

IDENTITAS ISTRI / SUAMI
1.      Nama                           :
2.      Umur                           :
3.      Nikah/lamanya            :
4.      Suku/bangsa                :
5.      Agama                         :
6.      Pendidikan                  :
7.      Pekerjaan                     :
8.      Alamat                                    :

SUBJEKTIF (S)
·         Ibu hamil dengan umur kehamilan 24 minggu
·         Ibu mengeluh merasa lemah, mudah capek, dan merasa agak pusing seperti akan flu
·         Ibu mengatakan memelihara 3 ekor kucing
·         Ibu sudah keguguran dua kali, sehingga cemas dengan kehamilannya yang sekarang

OBJEKTIF (O)
·         Pemeriksaan Fisik
-          Keadaan umum                : Baik              
-          Kesadaran                                    : Compos Mentis
-          Status emosional              : Stabil
-          Tanda-tanda vital
ü  Tekanan darah           : 110 / 80 mmHg
ü  Nadi                          : 78 kali / menit
ü  Pernafasan                 : 19 kali / menit
ü  Suhu                          : 36,60 C
-          BB/TB                              : 59 kg / 155 cm 
·         Pemeriksaan penunjang
-          Tanggal 24 Maret 2010 hasil IgG (+) dan IgM (+)

ASESSMENT (A)
Diagnosa                     : Ny ‘S’ umur 27 tahun G3P0Ab2Ah0 UK : 24 minggu dengan toxoplasmosis
Masalah Aktual          : Ibu mengatakan merasa lemah, mudah capek, dan merasa agak pusing seperti mau flu dan cemas dengan kehamilan sekarang karena sudah abortus dua kali.
Masalah Potensial       : Kehamilan dengan toxoplasmosis berpotensi terjadinya abortus pada ibu, serta lahir prematur, IUGR, lahir mati dan lahir dengan cacat bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis), hidrosefalus, meningoencephalitis (radang otak), tuli, pengapuran otak,retardasi mental, kejang-kejang, dan gangguan neurologis pada janin. 
Kolaborasi                   : Laboratorium Pramita untuk pemeriksaan IgG dan IgM darah
Merujuk                       : Untuk pemberian terapi obat dan penanganan selanjutnya dirujuk ke dr. Sp.Og

PLANNING (P)
Tanggal 27 Maret 2010           jam 09.00 WIB
1.      Memberitahu ibu bahwa kondisinya saat ini baik namun menurut hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa ibu sekarang positf terkena infeksi toxoplasmosis.
Hasil    : Ibu mengerti kondisinya saat ini
2.      Menganjurkan keluarga agar memberi dukungan pada ibu
Hasil    : Keluarga berjanji untuk memberikan bantuan psikologis pada ibu
3.      Memberikan ibu rasa aman dan nyaman pada ibu
Hasil    : Ibu mengatakan sudah merasa lebih aman dan nyaman
4.      Mengajurkan ibu untuk menenangkan pikiran dan perasaannya
Hasil    : Ibu mengatakan pikiran dan perasaannya sudah lebih tenang.
5.      Memberitahu ibu bahwa kondisi janinnya saat ini baik, namun perlu pemantauan yang ketat karena kemungkinan bisa terjadi abortus, lahir prematur, IUGR, lahir mati dan lahir dengan cacat bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis), hidrosefalus, meningoencephalitis (radang otak), tuli, pengapuran otak,retardasi mental, kejang-kejang, dan gangguan neurologis lainnya.
Hasil    : Ibu mengerti kondisi yang dialami dan kemungkinan yang akan terjadi pada janinnya
6.      Memberi dukungan psiklogis untuk mengurangi kecemasan ibu
Hasil    : Cemas ibu berkurang
7.      Menganjurkan ibu untuk tetap tenang dan berdoa bahwa kehamilannya akan baik- baik saja.
Hasil    : Ibu mengatakan sudah lebih tenang
8.      Meyakinkan ibu, bahwa tim medis akan membantu ibu dengan baik.
Hasil    : Ibu mengatakan, ia yakin bahwa tim medis akan membantunya dengan baik.
9.      Melibatkan keluarga untuk terus memberi dukungan pada ibu.
Hasil    : Keluarga berjanji akan terus memberikan dukungan pada ibu
10.  Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang berhubungan dengan hewan peliharaannya.
Hasil    : Ibu bersedia mengurangi aktifitas yang berhubungan dengan hewan peliharaannya
11.  Menganjurkan ibu untuk menghindari makan makanan yang dimasak mentah atau setengah matang.
Hasil    : Ibu bersedia untuk menuruti saran bidan yaitu menghindari makan makanan yang dimasak mentah atau setengah matang.
12.  Menganjurkan ibu untuk membersihkan dan mencuci buah-buahan atau sayuran sebelum dimakan dengan baik.
Hasil    : Ibu bersedia untuk menuruti saran bidan yaitu membersihkan dan mencuci buah-buahan atau sayuran sebelum dimakan dengan baik.
13.  Menganjurkan ibu untuk tidak minum susu unpasteurized dari hewan.
Hasil    : Ibu bersedia untuk menuruti saran bidan yaitu tidak minum susu unpasteurized dari hewan.
14.  Menganjurkan pada ibu untuk makan dan minum yang cukup.
Hasil    : Ibu bersedia untuk menuruti saran bidan yaitu makan dan minum yang cukup.
15.  Melibatkan keluarga untuk membantu ibu agar makan dan minum yang cukup.
Hasil    : Ibu bersedia untuk menuruti saran bidan yaitu keluarga berjanji akan membantu ibu agar makan dan minum yang cukup.
16.  Menganjurkan ibu untuk membersihkan tangan, alat-alat dapur (seperti; papan atau alas untuk memotong) yang dipakai untuk mengelola daging mentah, hal ini untuk mencegah kontaminasi dengan makanan lainnya.
Hasil    : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan yaitu membersihkan tangan, alat-alat dapur (seperti; papan atau alas untuk memotong) yang dipakai untuk mengelola daging mentah.
17.  Menganjurkan ibu bila membersihkan sampah atau tempat sampah, jangan lupa menggunakan sarung tangan, dan mencuci tangannya atau sebaiknya serahkan tugas ini kepada anggota keluarga lainnya, karena ibu sedang hamil.
Hasil    : Ibu dan keluarga bersedia untuk melakukan saran bidan yaitu membersihkan sampah atau tempat sampah, ibu tidak lupa menggunakan sarung tangan, dan ibu akan mencuci tangannya atau akan menyerahkan tugas ini kepada anggota keluarga lainnya.
18.  Menganjurkan ibu untuk memakai sarung tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun atau perkarangan, untuk menghindari kontak langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.
Hasil    : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan yaitu memakai sarung tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun atau perkarangan, untuk menghindari kontak langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.
19.  Karena ibu memelihara kucing, maka saat ibu sedang hamil, serahkanlah tugas membersihkan kotoran kucing kepada anggota yang lainnya, membersihkan kotoran kucing yang dipelihara setiap hari dan ingat untuk menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan setiap selesai membersihkan.
Hasil    : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan yaitu menyerahkan tugas membersihkan kotoran kucing kepada anggota yang lainnya.
20.  Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan setiap selesai bermain dengan kucing peliharaan
Hasil    : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan yaitu mencuci tangan setiap selesai bermain dengan kucing peliharaan.
21.  Menganjurkan ibu untuk tugas membuang kotoran kucing dilakukan oleh anggota keluarga lain yaitu dengan membuang kotoran dalam plastik dibuang di tempat sampah dan tidak menanam atau meletakanya di dekat kebun atau taman.
Hasil    : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan yaitu keluarga bersedia membuang kotoran kucing dalam plastik ke tempat sampah, dan tidak menanam atau meletakanya di dekat kebun atau taman.
22.  Menganjurkan ibu untuk jangan memberi makan daging mentah untuk kucing peliharaan.
Hasil    : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan yaitu tidak memberi makan daging mentah untuk kucing peliharaan.
23.  Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kucingnya ke dokter hewan bila melihat bahwa kucing peliharaan ibu terdapat tanda-tanda sakit.
Hasil    : Ibu bersedia untuk melakukan saran bidan yaitu memeriksakan kucingnya ke dokter hewan bila melihat bahwa kucing peliharaan ibu terdapat tanda-tanda sakit.
24.  Melakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk memgecek igg dan igm serta merujuk ke dr. Sp.OG untuk pemberian obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan ibu.
Hasil    : Ibu bersedia dilakukan tindakan kolaborasi dan telah dilakukan kolaborasi dengan laboratorium dan dilakukan rujukkan pada dr. Sp.OG sehingga ibu sudah diberikan obat-obatan dan sudah mendapatkan tindakan kuretase dari dokter.


1 komentar:

  1. I am very much happy to share to every viewers that is reading this,I want to inform the whole public of how I got help for my herpes, I wanted this since 6 months ago, I have also taken treatment from some doctor,few weeks back I came on the net to see if I will be able to get any information as to cure my herpes, on my search I saw various testimony of people who was helped by a great man called Dr Akhigbe and without any hesitation, I contacted him, I wrote to him and and he guided me, I asked him for solutions and he started the remedies for me and indeed 3 weeks after I started using the medicine, I was completely happy as it worked for me.I went to the hospital for check up and indeed I was declared negative from my disease, and I also waited again for two weeks and went back to another hospital for check up to be fully sure and to my great surprise I was still declared negative, and I decided to share this great opportunity to those people out there fighting this sickness, You can contact him now for your medicine to cure your diseases, contact his Email;  drrealakhigbe@gmail.com     or     Whatsapp     +2349010754824    website. hpps:drrealakhigbe.weebly.comDr  Akhigbe also cure diseases like..
    HIV,  Herpes , Cancer,  Chronic Disease,  Asthma ,  Parkinson's disease,  External infection,  Als, progeria, common cold,  multiple sclerosis disease,   Nausea, Vomiting or Diarrhea, Heart Disease, meningitis, Esquizofrenia, Toxoplasmosis, Diabetes,  Kidney Disease,  Lupus,  Epilepsy,   Stroke,Eczema, Erysipelas Eating Disorder,  Back Pain. Osteoporosis etccontact him for your solution.

    BalasHapus